Kondisi yang sebenarnya terjadi adalah kondisi miskin bahan organik pada tanah.Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Tanah,bahwa kandungan bahan organik di sebagian besar areal persawahan di pulau Jawa telah menurun drastis hingga tersisa hanya 1 % saja.Sedangkan persyaratan yang ideal adalah kandungan bahan organik sebesar 5%.Kondisi penurunan ini terjadi karena berbagai sebab antara lain efisiensi pupuk yang rendah,artinya pupuk yang diberikan tidak dapat dimanfaatkan secara maksimal,karena tidak dapat terurai secara maksimal oleh mikroba tanah.Keberadaan mikroba-mikroba tanah ini sangat sedikit jumlahnya karena tidak adanya pemasukan bahan organik ke dalam tanah,penggenangan air pada lahan sawah yang menyebabkan kondisi anaerob,padahal dalam perkembangannya, mikroba juga membutuhkan udara,dan penggunaan pestisida di atas ambang batas ketentuan penggunaannya,juga pemasukan solar dan bahan-bahan kimia lain ke lahan sawah,semuanya ini akhirnya menciptakan lingkungan yang tidak nyaman bagi pertumbuhan mikroba tanah.
Maka tak heran,tanah sawah menjadi tidak subur.Tanpa disadari oleh petani,karena kurangnya tingkat penyuluhan pengetahuan kepada mereka,semua yang selama ini mereka berikan kepada tanah, secara tidak langsung membuat sawah kehilangan kesuburannya.Tetapi semua ini belum terlambat untuk diperbaiki,dengan niat dan kerja keras,kesuburan tanah akan dapat dipulihkan secara perlahan dan berkesinambungan.Dengan kemajuan tekhnologi dan hasil penelitian dari Institut Pertanian Bogor,salah satu lembaga penelitian pertanian, yang reputasinya tidak diragukan lagi,banyak cara-cara penanganan yang sehat dalam pertanian, yang akhirnya membawa peningkatan pola berpikir petani dalam bercocok tanam.
Kami sendiri sangat yakin,bahwa lahan sawah pertanian di Karawang,sebenarnya sangatlah subur. Adapun alasannya adalah melihat dari banyak produk pertanian yang mengklaim dapat menaikkan hasil panen tanpa penambahan kompos dan bahan organik lain. Secara logika,pasti akan kita pertanyakan mengapa?apa bedanya dengan pupuk npk yang biasa digunakan petani,apakah pupuk cair itu begitu ajaibnya,begitu hebatnya sehingga mampu menyulap hasil panen menjadi meningkat drastis.Sempat hal ini kami pertanyakan pada salah satu produsen pupuk cair organik yang mengklaim hal ini,ternyata dari jawabannya dapat kami tarik kesimpulan,pupuk cair yang dijual itu,bisa begitu hebat, karena produk ini mengandung mikroba pelarut fosfat yang akan mengurai fosfat di tanah. Memang benar fosfat yang diberikan selama ini ,tidak dapat diuraikan secara keseluruhan, mengikat pada tanah. Dapat dilihat pada tanah sawah yang berwarna merah,keras,apabila berjalan di atas tanah tersebut,seperti berjalan di atas pecahan kaca.
Menurut kami, ternyata benar selama ini orang tua dulu selalu bilang harta karun ada di bawah tanah,pada kenyataannya memang petani selama ini menabung fosfat yang berguna bagi tanaman,ada di dalam tanah,jadi sebenarnya petani karawang itu mempunyai harta yang tidak ternilai jumlahnya,asalkan dapat dimanfaatkan. Jadi yang dibutuhkan adalah mikroba pelarut fosfat.Hanya dari sisi kami mempunyai prinsip tak mungkin ada perbaikan lahan sawah tanpa adanya penambahan kompos dan bahan organik.
Limbah dari hasil panen padi sangat berlimpah, berupa jerami,sekam,bekatul.Semuanya dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan kesuburan tanah.Prinsipnya dari tanah kembali ke tanah dan zero waste,tidak ada yang tidak dimanfaatkan. Mari kita coba dulu dengan limbah berupa jerami.
Jerami
limbah yang satu ini jumlahnya sangat besar,kira-kira besarnya 1,4 kali hasil panen.Selama ini jerami dibakar begitu saja,petani telah membuang salah satu komponen yang sangat penting bagi lahan sawah.Salah satu bahan baku termurah yang ada ,yang bisa dijadikan kompos dasar.Dulu kesulitan pengaplikasian jerami ini,adalah harus dicacah terlebih dahulu, tapi itu mah sudah jadul. Dengan teknologi yang terkini, jerami dapat langsung dijadikan kompos, tanpa harus dicacah terlebih dahulu. IPB mengeluarkan produk dengan merk dagang PROMI, mempunyai kemampuan mendekomposisi jerami secara langsung di lahan sawah,tanpa adanya penambahan bahan-bahan organik lain,cukup dengan jerami saja.Ini dapat menghemat waktu dan mempermudah kerja petani yang ingin memanfaatkan jerami sebagai pupuk dasar.
Dengan memanfaatkan jerami sebagai bahan baku kompos,berarti petani turut serta dalam menjaga lingkungan dan iklim global.Seperti sering diberitakan bahwa pembakaran jerami akan melepas gas metan yang dituding sebagai salah satu penyebab anomali iklim atau efek rumah kaca.Ada juga yang membenamkan jerami secara langsung ke tanah sawah,cara ini bukannya tidak bagus,hanya tidak efektif,bagi yang sudah menerapkannya,pasti bilang bagus padinya hanya mudah rebah.Lebih baik dan efektif jika jerami dijadikan kompos terlebih dahulu,untuk membantu mikroba-mikroba tanah untuk langsung mengurai zat hara yang ada pada jerami.Penguraian jerami secara langsung di lahan sawah akan membutuhkan waktu yang lama,jadi tingkat efektifitasnya kurang.
Kompos jerami dapat dibuat setelah proses pemanenan dilakukan, juga langsung dibuat di lahan sawah tersebut.Alat-alat yang dibutuhkan antara lain:
1. Sabit / parang
2. Cetakan pagar yang terdiri dari 4 bagian, 2 bagian berukuran 2 m x 1 m,sedangkan 2 bagian lainnya berukuran 1m x 1m
3. Ember untuk menampung air
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami
5. Aktivator PROMI
6. Ember untuk menyiramkan PROMI
7. Tali plastik 1 gulung
8. Plastik penutup.biasanya digunakan plastik mulsa hitam perak
Tahap pembuatan (dicopas dengan seijin sumber dari:http://isroi.wordpress.com/)
Gambar 2. Aktivator dimasukkan ke dalam bak air sesuai dosis yang diperlukan.
Gambar 3. Aduk aktivator hingga tercampur merata.
Gambar 4. Siapakan cetakan kompos yang dibuat dari bambu.
Gambar 6. Setiap lapis tumpukan disiram dengan aktivator secukupnya.
Gambar 7. Setiap lapis tumpukan jerami diinjak-injak agar padat.
Gambar 8. Tumpukan jerami yang siap ditutup dengan plastik.
Gambar 9. Tumpukan jerami ditutup dengan plastik.
Gambar 10. Tumpukan diinkubasi selama satu bulan.
Kompos jerami yang sudah jadi: warna coklat kehitaman, lunak dan volumenya menyusut.
Padi yang dipupuk dengan kompos jerami tumbuh lebih subur.
Limbah dari hasil panen padi sangat berlimpah, berupa jerami,sekam,bekatul.Semuanya dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan kesuburan tanah.Prinsipnya dari tanah kembali ke tanah dan zero waste,tidak ada yang tidak dimanfaatkan. Mari kita coba dulu dengan limbah berupa jerami.
Jerami
limbah yang satu ini jumlahnya sangat besar,kira-kira besarnya 1,4 kali hasil panen.Selama ini jerami dibakar begitu saja,petani telah membuang salah satu komponen yang sangat penting bagi lahan sawah.Salah satu bahan baku termurah yang ada ,yang bisa dijadikan kompos dasar.Dulu kesulitan pengaplikasian jerami ini,adalah harus dicacah terlebih dahulu, tapi itu mah sudah jadul. Dengan teknologi yang terkini, jerami dapat langsung dijadikan kompos, tanpa harus dicacah terlebih dahulu. IPB mengeluarkan produk dengan merk dagang PROMI, mempunyai kemampuan mendekomposisi jerami secara langsung di lahan sawah,tanpa adanya penambahan bahan-bahan organik lain,cukup dengan jerami saja.Ini dapat menghemat waktu dan mempermudah kerja petani yang ingin memanfaatkan jerami sebagai pupuk dasar.
Dengan memanfaatkan jerami sebagai bahan baku kompos,berarti petani turut serta dalam menjaga lingkungan dan iklim global.Seperti sering diberitakan bahwa pembakaran jerami akan melepas gas metan yang dituding sebagai salah satu penyebab anomali iklim atau efek rumah kaca.Ada juga yang membenamkan jerami secara langsung ke tanah sawah,cara ini bukannya tidak bagus,hanya tidak efektif,bagi yang sudah menerapkannya,pasti bilang bagus padinya hanya mudah rebah.Lebih baik dan efektif jika jerami dijadikan kompos terlebih dahulu,untuk membantu mikroba-mikroba tanah untuk langsung mengurai zat hara yang ada pada jerami.Penguraian jerami secara langsung di lahan sawah akan membutuhkan waktu yang lama,jadi tingkat efektifitasnya kurang.
Kompos jerami dapat dibuat setelah proses pemanenan dilakukan, juga langsung dibuat di lahan sawah tersebut.Alat-alat yang dibutuhkan antara lain:
1. Sabit / parang
2. Cetakan pagar yang terdiri dari 4 bagian, 2 bagian berukuran 2 m x 1 m,sedangkan 2 bagian lainnya berukuran 1m x 1m
3. Ember untuk menampung air
4. Air yang cukup untuk membasahi jerami
5. Aktivator PROMI
6. Ember untuk menyiramkan PROMI
7. Tali plastik 1 gulung
8. Plastik penutup.biasanya digunakan plastik mulsa hitam perak
Tahap pembuatan (dicopas dengan seijin sumber dari:http://isroi.wordpress.com/)
1. Siapkan bak dan air. Masukkan air ke dalam bak. Kemudian larutkan aktivator sesuai dosis yang diperlukan ke dalam bak air. Aduk hingga aktivator tercampur merata.
Gambar 1. Menyiapkan air untuk pengomposan jerami.
Gambar 1. Menyiapkan air untuk pengomposan jerami.
Gambar 2. Aktivator dimasukkan ke dalam bak air sesuai dosis yang diperlukan.
Gambar 3. Aduk aktivator hingga tercampur merata.
2. Siapkan cetakan dari bambu. Pasang cetakan tersebut. Sesuaikan ukuran cetakan dengan jerami dan seresah yang tersedia. Apabila jerami cukup banyak cetakan dapat berukuran 2 x 1 x 1 m. Namun bila jerami sedikit cetakan bisa dibuat lebih kecil dari ukuran tersebut.
Gambar 4. Siapakan cetakan kompos yang dibuat dari bambu.
3. Masukkan satu lapis jerami ke dalam cetakan. Jika tersedia dapat dimasukkan pula kotoran ternak. Jerami atau seresah yang berukuran besar dipotong-potong terlebih dahulu dengan parang.
Gambar 5. Masukkan jerami dan bahan-bahan lain lapis demi lapis ke dalam cetakan kompos
Gambar 5. Masukkan jerami dan bahan-bahan lain lapis demi lapis ke dalam cetakan kompos
4. Siramkan aktivator yang telah disiapkan merata dipermukaan jerami.
Gambar 6. Setiap lapis tumpukan disiram dengan aktivator secukupnya.
5. Injak-injak agar jerami padat.
Gambar 7. Setiap lapis tumpukan jerami diinjak-injak agar padat.
6. Tambahkan lagi satu lapis jerami/seresah.
7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
7. Siramkan kembali aktivator ke tumpukan jerami tersebut dan jangan lupa injak-injak agar tumpukan menjadi padat.
8. Ulangi langkah-langkah diatas hingga cetakan penuh atau seluruh jerami/seresah telah dimasukkan ke dalam cetakan.
9. Setelah cetakan penuh, buka tali pengikatnya dan lepaskan cetakannya.
Gambar 8. Tumpukan jerami yang siap ditutup dengan plastik.
10. Tutup tumpukan jerami tersebut dengan plastik yang telah disiapkan.
Gambar 9. Tumpukan jerami ditutup dengan plastik.
11. Ikat plastik dengan tali plastik agar tidak mudah lepas.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastik tidak terbuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.
12. Kalau perlu bagian atas jerami diberi batu atau pemberat lain agar plastik tidak terbuka karena angin.
13. Lakukan pengamatan suhu, penyusutan volume, dan perubahan warna tumpukan jerami.
14. Inkubasi/fermentasi tumpukan jerami tersebut hingga kurang lebih satu bulan.
Gambar 10. Tumpukan diinkubasi selama satu bulan.
Pengamatan Selama Fermentasi
Selama masa fermentasi akan terjadi proses pelapukan dan penguraian jerami menjadi kompos. Selama waktu fermentasi ini akan terjadi perubahan fisik dan kimiawi jerami. Proses pelapukan ini dapat diamati secara visual antara lain dengan peningkatan suhu, penurunan volume tumpukan jerami, dan perubahan warna.
Suhu tumpukan jerami akan meningkat dengan cepat sehari/dua hari setelah inkubasi. Suhu akan terus meningkat selama beberapa minggu dan suhunya dapat mencapai 65-70 oC. Pada saat suhu meningkat, mikroba akan dengan giat melakukan penguraian/dekomposisi jerami. Akibat penguraian jerami, volume tumpukan jerami akan menyusut. Penyusutan ini dapat mencapai 50% dari volume semula. Sejalan dengan itu wana jerami juga akan berubah menjadi coklat kehitam-hitaman.
Gambar 11. Tumpukan jerami akan mengalami penyusutan selama masa fermentasi.
Gambar 11. Tumpukan jerami akan mengalami penyusutan selama masa fermentasi.
Mengatasi Masalah yang Terjadi Selama Fermentasi
Masalah Pengomposan Jerami yang Paling Sering Ditemui |
Saya ingin menekankan masalah pengomposan ini, karena hampir selalu ditemui pada teman-teman yang baru pertama kali mengomposkan jerami, yaitu: KURANG AIR.Kompos jerami biasanya kurang air pada bagian tengahnya.Oleh karena itu sangat saya sarankan untuk selalu memeriksa kompos pada minggu pertama.Periksa sampai bagian dalam, kalau kering. Tambahkan air secukupnya, kemudian kompos ditutup kembali. |
Jika setelah dua atau tiga hari tidak terjadi peningkatan suhu, atau tidak terjadi penyusutan volume selama proses fermentasi kemungkinan proses penguraian mengalami hambatan. Proses penguraian berjalan lambat atau bahkan tidak berlangsung sama sekali. Jika hal ini terjadi maka diperlukan langkah-langkah untuk mengatasi permasalahan ini.
Buka plastik penutup. bongkar dan amati tumpukan jerami tersebut. Apakah tumpukan tersebut kering atau ada bagian-bagian yang kering? Apakah tumpukan jerami tersebut terlalu basah? Apakah muncul bau yang kurang sedap? Apakah tumpukan jerami tersebut dingin atau panas?
Apabila tumpukan jerami kering, tambahkan air secukupnya. Kalau perlu lakukan pembalikan. Apabila jerami terlalu basah dan muncul bau tidak sedap, lakukan pembalikan dan jika perlu tambahkan bilah-bilah bambu yang diberi lubang untuk menambah aerasi.
Panen dan Aplikasi Kompos Jerami
Kompos jerami yang sudah jadi: warna coklat kehitaman, lunak dan volumenya menyusut.
Kompos yang telah cukup matang ditandai dengan adanya perubahan fisik jerami. Perubahan itu antara lain:
- Jerami berwarna coklat kehitam-hitaman,
- lunak dan mudah dihancurkan,
- suhu tumpukan sudah mendekati suhu awal pengomposan,
- tidak berbau menyengat, dan
- volume menyusut hingga setengahnya.
Kompos jerami yang sudah memiliki ciri-ciri demikian berarti sudah cukup matang dan siap diaplikasikan ke sawah. Kompos jerami diaplikasikan di tempat di mana jerami tersebut diambil.
Padi yang dipupuk dengan kompos jerami tumbuh lebih subur.
Jika ada yang ingin mengetahui proses pembuatannya lebih lanjut,tersedia juga VIDEO CARA PENGOMPOSAN JERAMI:
Pengomposan jerami bagian 1
Pengomposan jerami bagian 2
Pengomposan jerami bagian 3
Cara bercocok tanam dengan menggunakan kompos jerami adalah cara bercocok tanam yang murah,mudah dan sehat. Dengan menggunakan kompos jerami yang setara dengan hasil panenan, akan mengurangi setengah dari penggunaan pupuk npk biasa.Dengan cara ini,dapat menekan biaya yang diperlukan sekaligus memperbaiki kesuburan tanah.Pengurangan penggunaan pupuk kimia secara bertahap,dapat dilakukan sedini mungkin,karena bagaimanapun harga pupuk dunia tidak akan turun,mengingat semakin bertambahnya populasi penduduk dunia.Melalui penggunaan kompos dan bahan organik lainnya dan mengurangi penggunaan pupuk kimia,berarti petani turut serta juga menghemat anggaran belanja pemerintah yang digunakan untuk mengimpor bahan baku pembuatan pupuk dari luar negeri.Menutup tulisan ini,kami mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada mas isroi,yang sudah mengijinkan kami untuk menggunakan tulisan beliau untuk dihadirkan ke petani Karawang.Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kemajuan petani Karawang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar